Pages

Senin, 02 November 2015

Bolu Kukus Ketan Hitam

Bahan:
3 butir telur
100 g gula pasir
1/4 sdt cake emulsifier
1/4 sdt garam
1/4 sdt vanili bubuk
2 sdm susu kental manis putih
125 g tepung ketan hitam
100 ml minyak sayur

Cara membuat:
1. Campur telur, gula pasir, cake emulsifier, garam, dan vanili bubuk. Kocok hingga kental dan mengembang.
2. Tambahkan susu kental manis, kocok rata.
3. Masukkan tepung ketan hitam sedikit demi sedikit sambil dikocok rata.
4. Tuang minyak sayur sambil diaduk perlahan.
5. Tuang ke dalam loyang 22x10x6 cm yang dioles margarin dan dialas kertas roti.
6. Panaskan kukusan, kukus dengan api kecil selama kurang lebih 20 menit hingga matang.

http://www.griyakuliner.com/bolu-kukus-ketan-hitam/

Kue Moci Ketan Hitam


Bahan:
30 g tepung tapioka
50 g tepung ketan hitam
75 g tepung ketan putih
25 g tepung hunkue
30 g gula pasir
1/4 sdt garam
1/4 sdt vanili bubuk
50 ml air panas
150 ml santan encer
Bahan taburan:
50 g tepung tapioka, sangrai di atas api kecil kurang lebih selama 10 menit

Cara membuat:
1. Campur tepung tapioka, tepung ketan hitam, tepung ketan putih, tepung hunkue, gula pasir, garam, dan vanili bubuk. Aduk rata.
2. Tuang air panas dan santan encer, uleni hingga terbentuk adonan yang licin dan kalis.
3. Bentuk adonan bulat panjang dengan diameter 2 cm.
4. Kukus selama 15 menit hingga matang.
5. Angkat, dinginkan, potong-potong 2 cm.
6. Taburi dengan tepung tapioka sangrai, sajikan.

http://www.griyakuliner.com/kue-moci-ketan-hitam/

Bolu Kukus Trimis

Bahan:
150 g gula halus
100 ml air
2 butir telur
150 g tepung terigu
1 sdm susu bubuk
1/2 sdt cake emulsifier
2 sdm trimis kecil, untuk taburan

Cara membuat:
1. Campur semua bahan kecuali trimis.
2. Kocok dengan mikser kecepatan tinggi selama kurang lebih 5 menit hingga mengental.
3. Tuang adonan ke dalam cetakan bolu kukus yang telah dialas cup kertas hingga cetakan penuh.
4. Taburi atasnya dengan trimis.
5. Panaskan kukusan, kukus selama kurang lebih 10 menit hingga matang dan merekah.
6. Angkat, keluarkan dari cetakan, sajikan.
sumber:Bahan:150 g gula halus100 ml air2 butir telur150 g tepung terigu1 sdm susu bubuk1/2 sdt cake emulsifier2 sdm trimis kecil, untuk taburanCara membuat:1. Campur semua bahan kecuali trimis.2. Kocok dengan mikser kecepatan tinggi selama kurang lebih 5 menit hingga mengental.3. Tuang adonan ke dalam cetakan bolu kukus yang telah dialas cup kertas hingga cetakan penuh.4. Taburi atasnya dengan trimis.5. Panaskan kukusan, kukus selama kurang lebih 10 menit hingga matang dan merekah.6. Angkat, keluarkan dari cetakan, sajikan.

Bolu Kukus Wijen Hitam

Bahan:
150 g gula halus
100 ml air
2 butir telur
150 g tepung terigu
1 sdm susu bubuk
1/2 sdt cake emulsifier
2 sdm wijen hitam, untuk taburan

Cara membuat:
1. Campur semua bahan kecuali wijen hitam.
2. Kocok dengan mikser kecepatan tinggi selama kurang lebih 5 menit hingga mengental.
3. Tuang adonan ke dalam cetakan bolu kukus yang telah dialas cup kertas hingga cetakan penuh.
4. Taburi atasnya dengan wijen hitam.
5. Panaskan kukusan, kukus selama kurang lebih 10 menit hingga matang dan merekah.
6. Angkat, keluarkan dari cetakan, sajikan.

http://www.griyakuliner.com/bolu-kukus-wijen-hitam/

Bolu Kukus Aroma Jeruk Lemon

Bahan:
2 butir telur
1/2 buah jeruk lemon, ambil airnya, saring, tambahkan air, ukur 100 ml
150 g gula tepung
1/2 sdt ovalet
150 g tepung terigu
1 sdm susu bubuk
50 g coklat masak rasa lemon, parut kasar

Cara membuat:
1. Campur semua bahan kecuali coklat masak rasa lemon, kocok dengan mikser kecepatan tinggi kurang lebih 5 menit hingga mengental.
2. Tuang adonan ke dalam cetakan bolu kukus yang telah dialas cup kertas hingga penuh.
3. Taburi atasnya dengan coklat masak rasa lemon.
5. Panaskan kukusan, kukus selama kurang lebih 10 menit hingga matang dan merekah.
6. Angkat, keluarkan dari cetakan, sajikan.

http://www.griyakuliner.com/bolu-kukus-aroma-jeruk-lemon/

Bolu Kukus Aroma Jeruk Purut


Bahan:
2 butir telur
1 buah jeruk purut, ambil airnya, saring, tambahkan air, ukur 100 ml
150 g gula tepung
1/2 sdt ovalet
150 g tepung terigu
1 sdm susu bubuk
2 tetes pewarna kuning

Cara membuat:
1. Campur semua bahan kecuali pewarna kuning, kocok dengan mikser kecepatan tinggi kurang lebih 5 menit hingga mengental.
2. Ambil 1/3 bagian adonan, tambahkan pewarna kuning, aduk rata.
3. Tuang adonan kuning muda ke dalam cetakan bolu kukus yang telah dialas cup kertas setingga 3/4 cup.
4. Tambahkan adonan kuning tua hingga cup penuh.
5. Panaskan kukusan, kukus selama kurang lebih 10 menit hingga matang dan merekah.
6. Angkat, keluarkan dari cetakan, sajikan.

cara membuat jus durian

  sepintas pengalaman sya utk membuat jus durian

 alat & bahan
- pisau
- durian
- gelas
- es batu
- sedotan

 cara membuat
- belah durian mggnkan pisau & pisahkan dari biji nya
- kmudian durian di buat mjd jus
- dan tambahkan air
- maskan ke gelas
- dan mskan sedotan
- jus pun siap



sumber: http://duriancuy.blogspot.com/

Es Cincau Lemon


Bahan cincau:
1/4 bungkus agar-agar putih
1/4 bungkus jelly powder plain
350 ml air
garam dan pewarna hijau muda secukupnya
25 g gula pasir
Bahan kuah:
simple sirup secukupnya
1 buah jeruk lemon, ambil airnya
300 ml air soda rasa stroberi
es batu secukupnya

Cara membuat:
1. Cincau: Campur agar-agar, jelly powder, garam, dan gula pasir. Aduk rata. Tambahkan air dan pewarna hijau muda, aduk rata. Masak di atas api kecil sambil diaduk hingga mendidih. Tuang dalam loyang yang telah dibasahi air. Setelah dingin, potong dadu.
2. Tuang simpel sirup ke dalam gelas saji.
3. Tambahkan air jeruk lemon secukupnya.
4. Masukkan cincau dan es batu secukupnya
5. Tuang air soda rasa stroberi hingga gelas hampir penuh.
6. Sajikan.

http://www.griyakuliner.com/es-cincau-lemon/

Es Selasih Agar-agar


Bahan:
10 g jelly powder melon
10 g jelly powder strawberry
10 g jelly powder anggur
10 g jelly powder jeruk
10 g jelly powder lecy
250 g gula pasir
2 liter air
3 sdm selasih, rendam dalam air hingga mengembang
es batu secukupnya
Bahan sirup:
250 ml air
250 g gula pasir
1/2 sdt esense frambozen

Cara membuat:
1. Agar-agar: Campur jelly powder melon, 50 g gula pasir, dan 400 ml air. Masak di atas api kecil sambil diaduk hingga mendidih. Tuang ke dalam cetakan yang telah dibasahi air. Tunggu membeku. Keluarkan dari cetakan, potong dadu kecil. Sisihkan. Lakukan hal yang sama untuk jelly powder strawberry, anggur, jeruk, dan lecy.
2. Sirup: Campur semua bahan sirup, rebus hingga mendidih, angkat, sisihkan.
3. Penyajian: Ambil gelas saji, beri 1 sdm agar-agar melon, 1 sdm agar-agar strawberry, 1 sdm agar-agar anggur, 1 sdm agar-agar jeruk, 1 sdm agar-agar lecy, dan 2 sdm selasih

http://www.griyakuliner.com/es-selasih-agar-agar/

Es Cincau Selasih


Bahan:
300 g cincau hitam, potong dadu kecil
1 sdm selasih, rendam dalam air hingga mengembang, tiriskan
10 sdm susu kental manis putih
es serut/es batu secukupnya
Bahan sirup:
200 g gula pasir
200 ml air
esense frambozen secukupnya

Cara membuat:
1. Sirup: Campur gula pasir, air, dan esense frambozen. Aduk rata. Rebus hingga mendidih, angkat, sisihkan.
2. Masukkan 5 sdm cincau hitam dan 2 sdm selasih ke dalam mangkuk saji, beri es serut/es batu secukupnya.
3. Siram atasnya dengan sirup dan susu kental manis putih sesuai selera.
4. Sajikan.

Es Blewah Selasih

Bahan:
300 g blewah, keruk dagingnya
1 sdm selasih kering, rendam dalam air hingga mengembang
10 sdm susu kental manis putih
20 sdm sirup cocopandan
es serut secukupnya

Cara membuat:
1. Ambil 5 sdm blewah, 1 sdm selasih, masukkan ke dalam mangkuk saji.
2. Beri es serut, siram atasnya dengan susu kental manis dan sirup cocopandan.
3. Sajikan.
http://www.griyakuliner.com/es-blewah-selasih/

Es Selasih Mentimun Nata de Coco

Bahan:
2 sdm selasih kering, rendam hingga mengembang
500 g nata de coco
1 buah mentimun, kupas, serut kasar
200 ml sirup cocopandan
20 sdm susu kental manis
es serut secukupnya

Cara membuat:
1. Siapkan mangkuk saji, beri 3 sdm nata de coco, 3 sdm mentimun serut, dan 2 sdm selasih.
2. Beri es serut secukupnya.
3. Siram atasnya dengan 5 sdm sirup cocopandan dan 5 sdm susu kental manis.
4. Sajikan.

http://www.griyakuliner.com/es-selasih-mentimun-nata-de-coco/

Es Nata de Coco Nangka Kuah Santan


Bahan:
100 g nata de coco
5 mata nangka matang, potong dadu
1 sdt biji selasih kering, rendam dalam air mengembang
100 g cincau hitam, potong dadu
10 sdm susu kental manis putih
es serut
Kuah:
750 ml santan dari 1/2 butir kelapa
250 g gula pasir
4 lembar daun jeruk, buang tulang daunnya
1/2 sdt garam

Cara membuat:
1. Kuah santan: Campur semua bahan kuah, aduk rata. Masak di ata api sedang sambil diaduk hingga mendidih. Angkat, sisihkan.
2. Siapkan gelas saji, masukkan 2 sdm cincau hitam, 2 sdm nata de coco, 2 sdm nangka, 2 sdm selasih dan 2 sdm susu kental manis putih.
3. Beri es serut diatasnya, siram dengan kuah santan, sajikan.


http://www.griyakuliner.com/es-nata-de-coco-nangka-kuah-santan/

Es Kacang Merah Nangka

Bahan:
100 g kacang merah, rendam selama 3 jam
1/4 sdt kayumanis bubuk
50 g gula merah
50 g gula pasir
es serut secukupnya
10 sdm susu kental manis
5 mata nangka tanpa biji, potong dadu
100 g nata de coco
750 ml air

Cara membuat:
1. Didihkan 500 ml air, masukkan kacang merah dan kayumanis bubuk. Masak hingga kacang merah lunak, sisihkan.
2. Campur gula merah, gula pasir, dan 250 ml air. Rebus hingga mengental.
3. Masukkan kacang merah, masak di atas api kecil. Angkat, sisihkan.
4. Siapkan gelas saji, masukkan kacang merah, nangka, nata de coco, dan es serut.
5. Beri susu kental manis di atasnya, sajikan.

http://www.griyakuliner.com/es-kacang-merah-nangka/

Es Krim Kacang Merah

Bahan:
200 g es batu
100 ml air es
1 klg susu kental manis
150 ml sirup vanili
1 sdt garam
150 g kacang merah, rendam semalam, kukus hingga empuk

Cara membuat:
1. Masukkan es batu, air es, susu kental manis, sirup vanili, garam dan kacang merah ke dalam blender. Proses dengan blender hingga lembut.
2. Tuang dalam cetakan, lalu masukkan ke dalam freezer selama 5 jam.
3. Letakkan di gelas saji, hidangkan segera.

sumber: http://www.griyakuliner.com/es-krim-kacang-merah/

kerajaan mataram kuno





Pada abad ke-8 di pedalaman Jawa Tengah berdiri Kerajaan Mataram Hindu. Pendirinya adalah Raja Sanjaya. Munculnya Kerajaan Mataram diterangkan dalam Carita Parahyangan. Kisahnya adalah dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Galuh. 

Rajanya bernama Sanna (Sena). Suatu ketika, ia diserang oleh saudaranya yang menghendaki takhta. Raja Sanna meninggal dalam peristiwa tersebut, sementara saudara perempuannya, Sannaha, bersama keluarga raja yang lainnya berhasil melarikan diri ke lereng Gunung Merapi. 

Anak Sannaha, Sanjaya, di kemudian hari mendirikan Kerajaan Mataram dengan ibu kota Medang ri Poh Pitu. Tepatnya pada tahun 717 M.


Bukti lain mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Hindu atau sering juga disebut Mataram Kuno adalah prasasti Canggal yang dikeluarkan oleh Sanjaya. Prasasti ini berangka tahun Cruti Indria Rasa atau 654 Saka (1 Saka sama dengan 78 Masehi, berarti 654 Saka sama dengan 732 M), hurufnya Pallawa, bahasanya Sanskerta, dan letaknya di Gunung Wukir, sebelah selatan Muntilan. 

Isinya adalah pada tahun tersebut Sanjaya mendirikan lingga di Bukit Stirangga untuk keselamatan rakyatnya dan pemujaan terhadap Syiwa, Brahma, dan Wisnu, di daerah suci Kunjarakunja. Menurut para ahli sejarah, yang dimaksud Bukit Stirangga adalah Gunung Wukir dan yang dimaksud Kunjarakunja adalah Sleman (kunjara = gajah = leman; kunja = hutan). Lingga adalah simbol yang menggambarkan kekuasaan, kekuatan, pemerintahan, lakilaki, dan dewa Syiwa.


Raja-raja wangsa Sanjaya, seperti dimuat dalam prasasti Mantyasih (Kedu), sebagai berikut.

1) Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (717 – 746 M) 
Raja ini adalah pendiri Kerajaan Mataram sekaligus pendiri wangsa Sanjaya. Setelah wafat, ia digantikan oleh Rakai Panangkaran.

2) Sri Maharaja Rakai Panangkaran (746 – 784 M)
Dalam prasasti Kalasan (778 M) diceritakan bahwa Rakai Panangkaran (yang dipersamakan dengan Panamkaran Pancapana) mendirikan candi Kalasan untuk memuja Dewi Tara, istri Bodhisatwa Gautama, dan candi Sari untuk dijadikan wihara bagi umat Buddha atas permintaan Raja Wisnu dari dinasti Syailendra. 

Ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan raja ini datanglah dinasti Syailendra dipimpin rajanya, Bhanu (yang kemudian digantikan Wisnu), dan menyerang wangsa Sanjaya hingga melarikan diri ke Dieng, Wonosobo. Selain itu, Raja Panangkaran juga dipaksa mengubah kepercayaannya dari Hindu ke Buddha. Adapun penerus wangsa Sanjaya setelah Panangkaran tetap beragama Hindu.

3) Sri Maharaja Rakai Panunggalan (784 – 803 M)

4) Sri Maharaja Rakai Warak (803 – 827 M)
Dua raja ini tidak memiliki peran yang berarti, mungkin karena kurang cakap dalam memerintah sehingga dimanfaatkan oleh dinasti Syailendra untuk berkuasa atas Mataram. Setelah Raja Warak turun takhta sebenarnya sempat digantikan seorang raja wanita, yaitu Dyah Gula (827 – 828 M), namun karena kedudukannya hanya bersifat sementara maka jarang ada sumber sejarah yang mengungkap peranannya atas Mataram Hindu.

5) Sri Maharaja Rakai Garung (828 – 847 M)
Raja ini beristana di Dieng, Wonosobo. Ia mengeluarkan prasasti Pengging (819 M) di mana nama Garung disamakan dengan Patapan Puplar (mengenai Patapan Puplar diceritakan dalam prasasti Karang Tengah – Gondosuli).

6) Sri Maharaja Rakai Pikatan (847 – 855 M)
Raja Pikatan berusaha keras mengangkat kembali kejayaan wangsa Sanjaya dalam masa pemerintahannya. Ia menggunakan nama Kumbhayoni dan Jatiningrat (Agastya). Beberapa sumber sejarah yang menyebutkan nama Pikatan sebagai berikut.

a) Prasasti Perot, berangka tahun 850 M, menyebutkan bahwa Pikatan adalah raja yang sebelumnya bergelar Patapan.
b) Prasasti Argopuro yang dikeluarkan Kayuwangi pada tahun 864 M.
c) Tulisan pada sebelah kanan dan kiri pintu masuk candi Plaosan menyebutkan nama Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan. 

Diduga tulisan tersebut merupakan catatan perkawinan antara Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan. Sri Kahulunan diduga adalah Pramodhawardhani, putri Samaratungga, dari dinasti Syailendra. Mengenai pernikahan mereka dikisahkan kembali dalam prasasti Karang Tengah.

Rakai Pikatan sendiri mengeluarkan tiga prasasti berikut.

1) Prasasti Pereng (862 M), isinya mengenai penghormatan kepada Syiwa dan
penghormatan kepada Kumbhayoni.

2) Prasasti Code D 28, berangka tahun Wulung Gunung Sang Wiku atau 778 Saka (856 M). Isinya adalah

(1) Jatiningrat (Pikatan) menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Lokapala (Kayuwangi dalam prasasti Kedu);
(2) Pikatan mendirikan bangunan Syiwalaya (candi Syiwa), yang dimaksud adalah candi Prambanan;
(3) kisah peperangan antara Walaputra (Balaputradewa) melawan Jatiningrat (Pikatan) di mana Walaputra kalah dan lari ke Ungaran (Ratu Boko).

3) Prasasti Ratu Boko, berisi kisah pendirian tiga lingga sebagai tanda kemenangan.
Ketiga lingga yang dimaksud adalah Krttivasa Lingga (Syiwa sebagai petapa berpakaian kulit harimau), Tryambaka Lingga (Syiwa menghancurkan benteng Tripura yang dibuat raksasa), dan Hara Lingga (Syiwa sebagai dewa tertinggi atau paling berkuasa).

Sebagai raja, Pikatan berusaha menguasai seluruh Jawa Tengah, namun harus menghadapi wangsa Syailendra yang saat itu menjadi penguasa Mataram Buddha. Untuk itu, Pikatan menggunakan taktik menikahi Pramodhawardhani, putri Samaratungga, Raja Mataram dari dinasti Syailendra. Pernikahan ini memicu peperangan dengan Balaputradewa yang merasa berhak atas tahta Mataram sebagai putra Samaratungga. Balaputradewa kalah dan Rakai Pikatan menyatukan kembali kekuasaan Mataram di Jawa Tengah.

7) Sri Maharaja Kayuwangi (855 – 885 M)
Nama lain Sri Maharaja Kayuwangi adalah Lokapala. Ia mengeluarkan, antara lain, tiga prasasti berikut.

a) Prasasti Ngabean (879 M), ditemukan dekat Magelang. Prasasti ini terbuat dari tembaga.
b) Prasasti Surabaya, menyebutkan gelar Sajanotsawattungga untuk Kayuwangi.
c) Prasasti Argopuro (863 M), menyebutkan Rakai Pikatan pu Manuku berdampingan dengan nama Kayuwangi.

Dalam pemerintahannya, Kayuwangi dibantu oleh dewan penasihat merangkap staf pelaksana yang terdiri atas lima orang patih. Dewan penasihat ini diketuai seorang mahapatih.

8) Sri Maharaja Watuhumalang (894 – 898 M)
Masa pemerintahan Kayuwangi dan penerus-penerusnya sampai masa pemerintahan Dyah Balitung dipenuhi peperangan perebutan kekuasaan. Itu sebabnya, setelah Kayuwangi turun takhta, penggantinya tidak ada yang bertahan lama. 

Di antara raja-raja yang memerintah antara masa Kayuwangi dan Dyah Balitung yang tercatat dalam prasasti Kedu adalah Sri Maharaja Watuhumalang. Raja-raja sebelumnya, yaitu Dyah Taguras (885 M), Dyah Derendra (885 – 887 M), dan Rakai Gurunwangi (887 M) tidak tercatat dalam prasasti tersebut mungkin karena masa pemerintahannya terlalu singkat atau karena Balitung sendiri tidak mau mengakui kekuasaan mereka.

9) Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung (898 – 913 M)
Raja ini dikenal sebagai raja Mataram yang terbesar. Ialah yang berhasil mempersatukan kembali Mataram dan memperluas kekuasaan dari Jawa Tengah sampai ke Jawa Timur. Dyah Balitung menggunakan beberapa nama:

a) Balitung Uttunggadewa (tercantum dalam prasasti Penampihan),
b) Rakai Watukura Dyah Balitung (tercantum dalam kitab Negarakertagama),
c) Dharmodaya Mahacambhu (tercantum dalam prasasti Kedu), dan
d) Rakai Galuh atau Rakai Halu (tercantum dalam prasasti Surabaya).

Prasasti-prasasti yang penting dari Balitung sebagai berikut.
a) Prasasti Penampihan di Kediri (898 M).
b) Prasasti Wonogiri (903 M).
c) Prasasti Mantyasih di Kedu (907 M).
d) Prasasti Djedung di Surabaya (910 M).

Sebenarnya, Balitung bukan pewaris takhta Kerajaan Mataram. Ia dapat naik takhta karena kegagahberaniannya dan karena perkawinannya dengan putri Raja Mataram. Selama masa pemerintahannya, Balitung sangat memerhatikan kesejahteraan rakyat, terutama dalam hal mata pencaharian, yaitu bercocok tanam, sehingga rakyat sangat menghormatinya.

Tiga jabatan penting yang berlaku pada masa pemerintahan Balitung adalah Rakryan i Hino (pejabat tertinggi di bawah raja), Rakryan i Halu, dan Rakryan i Sirikan. Ketiga jabatan itu merupakan tritunggal dan terus dipakai hingga zaman Kerajaan Majapahit.

Balitung digantikan oleh Sri Maharaja Daksa dan diteruskan oleh Sri Maharaja Tulodhong dan Sri Maharaja Wana. Namun, ketiga raja ini sangat lemah sehingga berakhirlah kekuasaan dinasti Sanjaya.


Ketika Mataram diperintah oleh Panangkaran (wangsa Sanjaya), datanglah dinasti Syailendra ke Jawa. Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul dinasti Syailendra ini. Dr. Majumdar, Nilakanta Sastri, dan Ir. Moens berpendapat bahwa dinasti Syailendra berasal dari India. Adapun Coedes berpendapat bahwa dinasti Syailendra berasal dari Funan.

Dinasti ini lalu berhasil mendesak wangsa Sanjaya menyingkir ke Pegunungan Dieng, Wonosobo, di wilayah Jawa Tengah bagian utara. Di sanalah wangsa Sanjaya kemudian memerintah. Sementara itu, dinasti Syailendra mendirikan Kerajaan Syailendra (Mataram Buddha) di wilayah sekitar Yogyakarta dan menguasai Jawa Tengah bagian selatan.

Sumber-sumber sejarah mengenai keberadaan dinasti Syailendra sebagai berikut.
1) Prasasti Kalasan (778 M)
2) Prasasti Kelurak (782 M)
3) Prasasti Ratu Boko (856 M)
4) Prasasti Nalanda (860 M)

Raja-raja dinasti Syailendra sebagai berikut.

1) Bhanu (752 – 775 M)
Bhanu berarti matahari. Ia adalah raja Syailendra yang pertama. Namanya disebutkan dalam prasasti yang ditemukan di Plumpungan (752 M), dekat Salatiga.

2) Wisnu (775 – 782 M)
Nama Wisnu disebutkan dalam beberapa prasasti.

a) Prasasti Ligor B menyebutkan nama Wisnu yang dipersamakan dengan matahari, bulan, dan dewa Kama. Disebutkan pula gelar yang diberikan kepada Wisnu, yaitu Syailendravamsaprabhunigadata Sri Maharaja, artinya pembunuh musuh yang gagah berani.

b) Prasasti Kalasan (778 M) menyebutkan desakan dinasti Syailendra terhadap Panangkaran.

c) Prasasti Ratu Boko (778 M) menyebutkan nama Raja Dharmatunggasraya.

3) Indra (782 – 812 M)
Raja Indra mengeluarkan prasasti Kelurak (782 M) yang menyebutkan pendirian patung Boddhisatwa Manjusri, yang mencakup Triratna (candi Lumbung), Vajradhatu (candi Sewu), dan Trimurti (candi Roro Jongrang). Setelah wafat, Raja Indra dimakamkan di candi Pawon. Nama lain candi ini adalah candi Brajanala atau Wrajanala. Wrajanala artinya petir yang menjadi senjata dewa Indra.

4) Samaratungga (812 – 832 M)
Raja ini adalah raja terakhir keturunan Syailendra yang memerintah di Mataram. Ia mengeluarkan prasasti Karang Tengah yang berangka tahun Rasa Segara Krtidhasa atau 746 Saka (824 M). Dalam prasasti tersebut disebutkan nama Samaratungga dan putrinya, Pramodhawardhani. Disebutkan pula mengenai pendirian bangunan Jimalaya (candi Prambanan) oleh Pramodhawardhani.

Nama Samaratungga juga disebutkan dalam prasasti Nalanda (860 M) yang menceritakan pendirian biara di Nalanda pada masa pemerintahan Raja Dewapaladewa (Kerajaan Pala, India). Pada masa pemerintahannya, Samaratungga membangun candi Borobudur yang merupakan candi besar agama Buddha. Samaratungga kemudian digantikan oleh Rakai Pikatan, suami Pramodhawardhani yang berasal dari wangsa Sanjaya. Kembalilah kekuasaan wangsa Sanjaya atas Mataram Kuno sepenuhnya.


Kerajaan Mataram Kuno merupakan negara agraris yang bersifat tertutup. Akibatnya, kerajaan ini sulit berkembang secara ekonomi, terutama karena segi perdagangan dan pelayaran sangat kering. Kejayaan baru diperoleh pada masa pemerintahan Balitung. Ia membangun pusat perdagangan seperti disebutkan dalam prasasti Purworejo (900 M). Dalam prasasti Wonogiri (903 M) diterangkan bahwa desa-desa yang terletak di kanan-kiri Sungai Bengawan Solo dibebaskan dari pajak dengan syarat penduduk desa tersebut harus menjamin kelancaran hubungan lalu lintas melalui sungai.


Ketika wangsa Sanjaya menyingkir ke Pegunungan Dieng sejak masa Panangkaran hingga Rakai Pikatan, banyak didirikan candi yang kini dikenal sebagai kompleks candi Dieng. Kompleks candi ini, antara lain, terdiri atas candi Bimo, Puntadewa, Arjuna, dan Nakula. Adapun di Jawa Tengah bagian selatan ditemukan candi Prambanan (Roro Jonggrang), Sambi Sari, Ratu Boko, dan Gedung Songo (Ungaran) sebagai hasil budaya Mataram Kuno.