Pages

Senin, 02 November 2015

Hewan Endemik Indonesia Siamang


Siamang adalah kera hitam yang berlengan panjang, dan hidup pada pohon-pohon.[1] Pada umumnya, siamang sangat tangkas saat bergerak di ataspohon, sehingga tidak ada predator yang bisa menangkap mereka. Siamang merupakan spesies terancam, karena deforestasi habitatnya cepat.[1] Siamang tidak memliki ekor dan memiliki postur tubuh yang kurang tegak.[2] Siamang juga memiliki perkembangan otak yang tinggi.[1] Siamang berwarna hitam agak cokelat kemerahan.[1] Kera ini memiliki anyaman antara jari kedua dan ketiga.[1]

Anatomi[sunting | sunting sumber]

Rambut[sunting | sunting sumber]

Siamang ditutupi oleh rambut yang lebat di sebagian besar tubuhnya, kecuali wajah, jari, telapak tangan, ketiak, dan telapak kaki mereka.[1] Beberapa spesies siamang memiliki wajah berbentuk cicin dan berwarna putih.[1]

Indera[sunting | sunting sumber]

Siamang memiliki indera yang sangat mirip dengan manusia, seperti pendengaran, penglihatan (melihat warna), bau, rasa, dan sentuhan.[1]

Wajah[sunting | sunting sumber]

Siamang memiliki wajah berbulu dengan mata gelap dan hidung kecil.[1]

Tangan dan Kaki[sunting | sunting sumber]

Siamang memiliki tangan dengan empat jari panjang ditambah jempol yang lebih kecil. Mereka memiliki kaki dengan lima jari, ditambah jempol kaki.[1] Siamang bisa memegang dan membawa barang-barang dengan kedua tangan dan kaki mereka.[1] Ketika mereka melakukan ayunan di pohon (disebut brachiating), mereka menggunakan empat jari-jari tangan mereka seperti kail, tetapi mereka tidak menggunakan jempol.[1]

Ukuran[sunting | sunting sumber]


Siamang merupakan kera yang hidupnya berkelompok.
Siamang jantan memiliki ukuran yang sama dengan siamang betina, yaitu sekitar 30-35 inci dan berat 7 kilogram.[1]

Habitat[sunting | sunting sumber]

Siamang banyak hidup di Asia Tenggara.[2] Mereka juga banyak ditemukan di beberapa tempat, seperti Semenanjung Malaysia dan Sumatera.[2]

Perilaku[sunting | sunting sumber]


Siamang mengeluarkan suara yang sangat nyaring, karena terdapat kantung gular pada tenggorokannya.
Siamang merupakan hewan yang lebih aktif pada siang hari.[3] Mereka bersosialisasi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua sampai tiga ekor siamang.[3] Berbeda dengan kera lainnya, siamang tidak mempunyai tempat khusus untuk tidur.[3] Mereka hanya tidur sendiri atau dengan beberapa ekor siamang di celah antar cabang pada pepohoan.[3] Mereka tidur dengan posisi tegak, bersandar pada bantalan keras yang terletak di ujung belakang mereka.[3] Bantalan ini disebut ischial callosities.[3] Selain itu, siamang memiliki kantung tenggorokan yang biasa disebut kantung gular.[3] Kantung ini dapat mengembang menjadi besar seperti kepala mereka yang berfungsi membuat pita suara lebih keras.[3] Pada waktu dalam keadaan bahaya, siamang betina akan mengeluarkan suara yang nyaring dan diikuti oleh siamang jantan selama tiga hingga lima belas menit.[3] Suara mereka dapat terdengar dari jarak sekitar 6,5 km.[3] Siamang tidak dapat berenang dan takut air.[3] Siamang dapat bertahan hidup sekitar 35-40 tahun.[3]

Makanan[sunting | sunting sumber]

Siamang merupakan hewan omnivora. Sektar 75% makanan mereka adalah buah, sisanya daun, bunga, biji-bijian, dan kulit kayu.[1] Mereka juga memakan seranggalaba-labatelur burung, dan burung kecil.[1] Karena takut air, siamang akan mencelupkan kaki depannya ke dalam air atau menggosok tangan pada daun yang basah dan menghisap air pada bulu kakinya sebagai minuman.[3]

Reproduksi dan pertumbuhan[sunting | sunting sumber]

Siamang mulai berkembang biak pada usia 5-7 tahun.[4] Siamang betina melahirkan anaknya pada usia 8 bulan.[4] Siamang yang lahir memiliki rambut yang sedikit dari siamang dewasa dan memiliki berat sekitar 6 ons.[4] Induk siamang memelihara bayi mereka yang masih muda.[4] Pada saat lahir, siamang muda menempel pada perut induknya untuk mendapatkan kehangatan.[4] Mereka disapih sekitar 1 tahun. Siamang muda hidup bersama induk mereka sekitar 5-7 tahun.[4]

Status[sunting | sunting sumber]

Siamang merupakan hewan yang terancam punah.[5] Hal ini disebabkan karena banyaknya penangkapan siamang yang dijadikan pasaran penjualan hewan pemeliharaan.[5] Untuk mencegah punahnya siamang, diperlukan campur tangan pemerintah dalam menjadikan keberadaan siamang sebagai objek wisata dan riset sehingga mendatangkan manfaat bagi daerah tanpa harus mengganggu atau menangkap satwa tersebut.[5]

http://id.wikipedia.org/wiki/Siamang

0 komentar:

Posting Komentar